wakaf itu
tempat aku duduk dan bermenung
ku lihat semakin tua dan usang
membuat aku terkenang
masa-masa yang aku habiskan di situ
aku teringat
saat-saat wajah laut dan perahu tua
menjadi panorama hidupku
detik-detik bauan tengik laut
menjadi aroma hidupku
waktu-waktu pukulan ombak
menjadi irama hidupku
menjadi tangga aku membesar
angin yang bertiup
masih aku rasakan angin yang sama
yang dulu membelai dan menyapu wajahku
yang melentokkan aku di wakaf itu
meski kadang-kadang bertiup ganas
tapi masih setia mendamaikan pantai ini
aku lihat anak-anak kecil
berlari di pesisiran
seperti aku yang dulu
bergelumang dengan pasiran
tiada duka
tiada keserabutan menjengah fikiran
hanya keasyikan dipeluk angin dan suara ombak
tebaran dedaunan ketapang kering
umpama tebaran masa-masa yang aku tinggalkan
daun-daun yang jatuh menampar muka
yang aku pijak
semuanya akan menyentuh tanah
tanpa dapat aku kutip kembali
sambil aku menyorot pandangan
di wakaf usang itu
jauh di sudut hati
aku harap suasana ini
aroma ini
irama ini
tak akan luput
meski bukan lagi untuk aku.
This comment has been removed by the author.
ReplyDelete